MAKALAH
BAHASA GOMBALAN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ujian Akhir
Semester (UAS)
Mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen pengampu: Ening Herniti, M.Hum
Mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen pengampu: Ening Herniti, M.Hum
Disusun oleh :
Nafi’ Rotus Sholikah
13120068
Nafi’ Rotus Sholikah
13120068
PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pacaran mungkin kata yang tidak asing lagi di era
sekarang ini. Hal tersebut timbul dari perasaan suka atau rasa sayang kepada
lawan jenis yang dirasa cocok sebagai pasangannya. Dengan demikian, sulit
dihindari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia. Bahkan
sebagian anak muda mempunyai cara tersendiri untuk dapat memikat hati pasangan,
seperti puisi, lagu, pantun, kata-kata cinta, dan yang sering dijadikan sebagai
senjata maut laki-laki adalah kata-kata rayuan atau gombalan.
Dalam makalah ini diuraikan bahwa model pacaran anak
muda di era sekarang sudah ada peningkatan, misalnya menggunakan metode-metode
sastra Indonesia maupun gaya bahasa yang lebih memberikan manfaat dan khasanah
pengetahuan. Namun, banyak pula dijumpai cara yang lebih efektif dan efisien
dalam pengungkapan perasaan dengan menggunakan majas atau kiasan. Majas adalah
bahasa kias atau pengungkapan gaya bahasa yang digunakan untuk memperoleh
efek-efek tertentu, serta membandingkan satu hal dengan hal lain agar tercipta
kesan yang baik bagi pendengarnya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
penggunaaan majas sering dijumpai dalam kata-kata rayuan laki-laki dalam
memikat hati perempuan agar terciptanya komunikasi antarkeduanya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana penggunaan gaya bahasa dalam gaya berpacaran
anak muda di era sekarang?
C.
Manfaat Penelitian
1.
Mengetahui penggunaan gaya bahasa atau majas yang
sering digunakan dalam bahasa gombalan.
2.
Mengetahui macam-macam gaya bahasa atau majas yang
terdapat dalam bahasa gombalan.
D.
Landasan Teori
1.
Pengertian Gaya Bahasa
Secara singkat Keraf Gorys mengatakan bahwa “gaya
bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya
bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut:kejujuran,
sopan-santun, dan menarik. [1]
2.
Ragam Gaya Bahasa
Ada sekitar 60 buah gaya bahasa yang termasuk ke dalam
empat kelompok masing-masing akan dibahas berikut, dengan urutan:
a.
Gaya bahasa Perbandingan
Dalam kelompok gaya bahasa perbandingan ini paling sedikit
termasuk sepuluh jenis gaya bahasa, yaitu: perumpamaan atau asosiasi,
metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasme atau
tautologi, perifrasis, antisipasi atau prolepsis, dan koreksi
atau epanortosis.[2]
Namun, dalam pembahasan kali ini majas yang terdapat
dalam bahasa gombalan hanya beberapa.
Majas yang sering digunakan adalah metafora, alegori, pleonasme atau
tautologi, dan perumpamaan.
1)
Majas metafora
Definisi metafora yang dikemukakan oleh
Tarigan, yaitu:
“Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan
yang paling singkat, padat, dan tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua
gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang
menjadi objek, yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi, dan
kita menggantikan yang belakangan itu menjadi yang terdahulu tadi.”[3]
2)
Majas alegori
Pendapat
Henry Guntur Tarigan, menyatakan pendapat mengenai alegori. Alegori
adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang merupakan metafora
yang diperluas dan yang saling berkesinambungan, dengan tempat atau wadah
objek-objek serta gagasan-gagasan yang diperlambangkan.[4]
3)
Pleonasme atau tautologi
Menurut pendapat Poerwadarminta, menyatakan pendapat
mengenai pleonasme. Pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan,
yang sebenarnya tidak perlu digunakan (seperti menurut sepanjang adat, saling
tolong-menolong).[5]
4)
Majas perumpamaan atau asosiasi
Pendapat Henry Guntur Tarigan, menyatakan pendapat
mengenai perumpamaan atau asosiasi adalah membandingkan dua hal yang
pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja dianggap sama.[6]
b.
Gaya bahasa Pertentangan,
Dalam kelompok gaya bahasa pertentangan ini ada dua
puluh jenis gaya bahasa, seperti: hiperbola, litotes, ironi, oksimoron,
paronomasia, paralepsis, zeugma atau silepsis, satire, inuendo,
antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof atau inversi,
apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase, sinisme, dan sarkasme.
Dari dua puluh jenis macam majas yang telah disebutkan dalam bahasa gombalan
adalah sinisme, sarkasme, paradoks, dan ironi.[7]
1)
Majas sinisme
Pendapat Henry Guntur Tarigan, menyatakan pendapat
mengenai sinisme. Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa
sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan
dan ketulusan hati seseorang.[8]
2)
Majas sarkasme
Menurut Poerwadarminta, menyatakan pendapat mengenai sarkasme.
Sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang di dalamnya mengandung
‘olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati’.[9]
3)
Majas paradoks
Pendapat yang dikemukakan oleh Shadily,
menyatakan pendapat mengenai paradoks. Paradoks adalah semacam
gaya bahasa yang mengandung pertentangan berupa konkrit sesuai dengan
fakta-fakta yang ada.[10]
4)
Majas ironi
Menurut Henry Guntur Taringan, menyatakan mengenai ironi.
Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu hal yang
nyata dan berbeda, bahkan seringkali bertentangan dengan yang sebenarnya telah
dikatakan itu.[11]
c.
Gaya bahasa Pertautan
Di dalam pengelompokkan gaya bahasa pertautan tersebut
ada dua belas jenis majas, yaitu: metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme,
eponim, epitet, antonomasia, erotesis, paralelism, elipsis, gradasi, asindeton,
dan polisindeton.[12]
d.
Gaya bahasa Perulangan
Dalam kelompok gaya bahasa perulangan juga ada dua
belas jenis majas, seperti: aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis,
tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplosis.[13]
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Penggunaan Gaya
Bahasa dalam Berpacaran di Era Sekarang.
Apabila ada seorang laki-laki yang menyukai seorang
perempuan, maka laki-laki itu akan berusaha mendekatinya untuk bisa mendapatkannya.
Karena kurang adanya percaya diri dari seorang laki-laki biasanya hal pertama
yang dilakukan adalah melalui kata-kata rayuan atau gombalan. Kata-kata
itu sering digunakan oleh laki-laki yang menjadi senjata paling ampuh untuk
menarik hati perempuan, baik di dunia nyata maupun sosial media. Jadi, tidak
heran lagi gombalan yang digunakan di dalamnya terkandung majas atau
gaya bahasa yang mempunyai makna kiasan.
1.
Majas asosiasi dan perumpamaan,
Ada beberapa majas atau gaya bahasa yang digunakan
untuk rayuan atau gombalan. Majas
asosiasi atau perumpamaan adalah membandingkan dua hal yang pada
hakikatnya berbeda dan dianggap sama.
Majas ini dapat ditandai dengan penggunaan kata: bagaikan, seperti, laksana,
ibarat, bak, penaka, serupa, dan seumpama.
Contohnya:
a.
Biarpun malam ini gelap tanpa bintang, tapi wajahmu tetap
bersinar bagaikan bulan purnama.
Dari
contoh kalimat tersebut memiliki arti bahwa “walaupun dalam keadaan gelap
gulita dan dilangit pun tidak ada bintang, tetapi wajahnya pun masih tampak
cerah dan indah. Diibaratkan seperti bulan purnama yang bersinar terang yang
selalu menerangi malam yang gelap ini.
b.
Walaupun foto ini terlihat kusam, tetapi laksana
lukisan Monalisa yang tak ada duanya.
Makna
kalimat di atas adalah seorang laki-laki ini sedang melihat atau memandangi
foto pasangannya yang telah lalu (lama) karena dimakan usia, tetapi masih
terlihat cantik. Diibaratkan sebagai lukisan yang paling indah, yaitu lukisan Monalisa
yang pernah dibuat pada zaman dulu.
Dari contoh-contoh
diatas dapat diketahui bahwa rayuan atau gombalan laki-laki mulai lebih kreatif
dan mempunyai gaya bahasa yang menggunakan unsure keindahan kata.
2.
Majas metafora,
Majas metafora mungkin tidak asing lagi, bahwa
majas ini telah dipelajari semasa SMA. Majas metafora adalah majas yang
menggunakan ungkapan secara langsung dan bukan makna sebenarnya melainkan hanya
kiasan berupa perbandingan.
Contoh :
a.
Engkau belahan jiwaku sayang.
Makna dari kalimat tersebut ialah seseorang yang dicintai
dan dikasihi itu seperti halnya seseorang yang paling berharga dalam hidupnya,
serta tidak ada orang lain lagi yang mampu menggantikan posisinya.
b.
Dunia ini hanya milik kita berdua sayang.
Kalimat tersebut bermakna di dunia yang terbentang luas
ini, serasa tak dihiraukan walaupun banyak orang-orang disekitarnya. Menganggap
apa yang dilakukan di dunia ini, di khususkan hanya untuk pasangan dan tidak
ada yang lain yang perlu dikerjakan selain bersama pasangan. Muncul prinsip
“Semua hal di dunia ini hanya untuk pasangan”.
3.
Majas alegori
Majas alegori adalah pengungkapkan dengan cara
lain melalui penggambaran.
Contoh :
a.
Kalaupun aku jadi suratnya, pasti kamu jadi prangkonya.
Makna dari contoh majas diatas bahwa dari kata surat
dan prangko memiliki arti kesatuan atau satu hati yang tidak terpisahkan.
4.
Majas paradoks
Majas paradoks ialah majas yang di dalamnya
mengandung pertentangan antara fakta dan pernyataan.
Contoh :
a.
Walaupun di ruangan ini banyak orang tapi hatiku
merasa sepi.
Arti dari contoh majas tersebut ialah jika di ruangan
ini ramai karena banyak orang, tetapi perasaan yang dirasakan hanya perasaan
sepi karena disampingnya tidak ada seseorang yang disayangi dan dikasihi.
Kata-kata di atas sering sekali digunakan oleh
laki-laki, bahkan tidak ada bosan-bosannya digunakan. Menurut pernyataan di
media sosial kata-kata gombalan menjadi senjata yang paling ampuh untuk
memikat pujaan hatinya. Dari hasil penelitian yang dilakukan kebanyakan
laki-laki menggunakan bahasa gombalan ini. Bahkan banyak laki-laki yang telah
membuktikan, akibat dari gombalan itu pujaan hatinya terpikat pada
dirinya.
Setelah
dirasa laki-laki telah bisa memiliki perempuan yang dikasihinya, terkadang
perasaan laki-laki akan merasa bosan dengan pasangannya ataupun telah kehabisan
kata-kata. Kadang terucap kata-kata
pahit maupun kasar karena lama-lama hubungan dengan pasangan setelah dirasa
tidak cocok lagi akan muncul perasaan jenuh dalam dirinya.
1. Majas ironi
Majas ironi yang berarti majas yang menyatakan
makna bertentangan dengan maksud menyindir.
Contoh :
a. Dirimu bagaikan
ratu hingga banyak laki-laki yang mendatangimu.
Contoh di atas memberikan maksud seorang perempuan yang paling berharga untuk
di segani, sehingga banyak laki-laki yang berusaha mendekatinya untuk bisa
mendapatkannya.
2. Majas sinisme
Majas
sinisme ialah majas yang menyatakan sindiran secara langsung (lebih
kasar dari ironi).
Contoh :
a. Perkataanmu
setajam pisau hingga aku tak bisa lagi mempercayaimu.
Seorang
laki-laki yang dibohongi perasaannya akan berubah dan berakibatkan
ketidakpercayaan terhadap pasangannya hingga muncul kata-kata yang menyindir. Karena
dirasa hubungannya dipermainkan laki-laki itu merasa kecewa, sehingga akan
timbul ketidakpercayaan.
3. Majas
sarkasme
Majas
sarkasme adalah majas yang bermaksud untuk menyindir atau menyinggung
orang lain ( majas
yang paling kasar). Majas ini biasanya digunakan seseorang apabila dalam
keadaan marah.
Contoh :
a. Dasar perempuan
tidak tahu terima kasih, bisa-bisanya mempermainkanku.
Makna kalimat tersebut adalah seorang perempuan yang
dengan sengaja berbuat seenaknya sendiri terhadap laki-laki. Hal tersebut
muncul akibat kejenuhan dalam hati. Biasanya, jika telah lama menjalin hubungan
perempuan akan merasa bosan terhadap pasangan dan secara tidak sengaja ada
laki-laki lain yang dikasihi. Kemudian terlontarlah kata-kata “Dasar perempuan
tidak tahu terima kasih bisa-bisanya mempermainkanku”.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Bahasa gombalan yang muncul hingga berkembang
sedemikian rupa. Terciptanya rayuan-rayuan yang membuat ketertarikan terhadap
perempuan. Dari berbagai macam gaya bahasa atau majas yang terkandung dalam
bahasa gombalan memberi inspirasi atau cara lain kepada laki-laki yang
tidak mempunyai keberanian dalam mengungkapkan isi hatinya.
Dengan demikian, kebiasaan dalam menggunakan beragam bahasa gombalan dapat
mengetahui dan memahami berbagai macam majas yang ada dan turunannya.
B.
Saran
1.
Banyak bahasa gombalan yang ditulis di media masa
maupun diucapkan secara langsung bahasa yang digunakan tidak baku.
2.
Seharusnya biarpun bahasa gombalan terkesan alay
tetapi di dalam bahasa gombalan banyak mengandung berbagai majas.
3.
Dengan kata-kata gombalan di atas yang di dalamnya
terkandung majas atau gaya bahasa, disamping digunakan sebagai media
penyampaian perasaan juga digunakan dalam meningkatkan wawasan kebahasaan
khususnya gaya bahasa atau majas.
DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rakhmat Joko.Pengkajian Puisi.Yogyakarta:Gadjah
Mada University Press.1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar