Rabu, 08 Januari 2014

makalah bahasa gombalan


MAKALAH
BAHASA GOMBALAN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
Mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen pengampu: Ening Herniti, M.Hum
Disusun oleh :
Nafi’ Rotus Sholikah
13120068
PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Pacaran mungkin kata yang tidak asing lagi di era sekarang ini. Hal tersebut timbul dari perasaan suka atau rasa sayang kepada lawan jenis yang dirasa cocok sebagai pasangannya. Dengan demikian, sulit dihindari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia. Bahkan sebagian anak muda mempunyai cara tersendiri untuk dapat memikat hati pasangan, seperti puisi, lagu, pantun, kata-kata cinta, dan yang sering dijadikan sebagai senjata maut laki-laki adalah kata-kata rayuan atau gombalan.
Dalam makalah ini diuraikan bahwa model pacaran anak muda di era sekarang sudah ada peningkatan, misalnya menggunakan metode-metode sastra Indonesia maupun gaya bahasa yang lebih memberikan manfaat dan khasanah pengetahuan. Namun, banyak pula dijumpai cara yang lebih efektif dan efisien dalam pengungkapan perasaan dengan menggunakan majas atau kiasan. Majas adalah bahasa kias atau pengungkapan gaya bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek-efek tertentu, serta membandingkan satu hal dengan hal lain agar tercipta kesan yang baik bagi pendengarnya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaaan majas sering dijumpai dalam kata-kata rayuan laki-laki dalam memikat hati perempuan agar terciptanya komunikasi antarkeduanya.
B.            Rumusan Masalah
1.             Bagaimana penggunaan gaya bahasa dalam gaya berpacaran anak muda di era sekarang?
C.           Manfaat Penelitian
1.             Mengetahui penggunaan gaya bahasa atau majas yang sering digunakan dalam bahasa gombalan.
2.             Mengetahui macam-macam gaya bahasa atau majas yang terdapat dalam bahasa gombalan.
D.           Landasan Teori
1.             Pengertian Gaya Bahasa
Secara singkat Keraf Gorys mengatakan bahwa “gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut:kejujuran, sopan-santun, dan menarik. [1]
2.             Ragam Gaya Bahasa
Ada sekitar 60 buah gaya bahasa yang termasuk ke dalam empat kelompok masing-masing akan dibahas berikut, dengan urutan:
a.    Gaya bahasa Perbandingan
Dalam kelompok gaya bahasa perbandingan ini paling sedikit termasuk sepuluh jenis gaya bahasa, yaitu: perumpamaan atau asosiasi, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasme atau tautologi, perifrasis, antisipasi atau prolepsis, dan koreksi atau epanortosis.[2]
Namun, dalam pembahasan kali ini majas yang terdapat dalam bahasa gombalan hanya  beberapa. Majas yang sering digunakan adalah  metafora, alegori, pleonasme atau tautologi, dan perumpamaan.
1)   Majas metafora
Definisi metafora yang dikemukakan oleh Tarigan, yaitu:
Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, dan tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek, yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi, dan kita menggantikan yang belakangan itu menjadi yang terdahulu tadi.”[3]
2)   Majas alegori
Pendapat Henry Guntur Tarigan, menyatakan pendapat mengenai alegori. Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang merupakan metafora yang diperluas dan yang saling berkesinambungan, dengan tempat atau wadah objek-objek serta gagasan-gagasan yang diperlambangkan.[4]
3)   Pleonasme atau tautologi
Menurut pendapat Poerwadarminta, menyatakan pendapat mengenai pleonasme. Pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan, yang sebenarnya tidak perlu digunakan (seperti menurut sepanjang adat, saling tolong-menolong).[5]
4)   Majas perumpamaan atau asosiasi
Pendapat Henry Guntur Tarigan, menyatakan pendapat mengenai perumpamaan atau asosiasi adalah membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja  dianggap sama.[6]
b.    Gaya bahasa Pertentangan,
Dalam kelompok gaya bahasa pertentangan ini ada dua puluh jenis gaya bahasa, seperti: hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralepsis, zeugma atau silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof atau inversi, apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase, sinisme, dan sarkasme. Dari dua puluh jenis macam majas yang telah disebutkan dalam bahasa gombalan adalah sinisme, sarkasme, paradoks, dan ironi.[7]
1)   Majas sinisme
Pendapat Henry Guntur Tarigan, menyatakan pendapat mengenai sinisme. Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati seseorang.[8]
2)   Majas sarkasme
Menurut Poerwadarminta, menyatakan pendapat mengenai sarkasme. Sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang di dalamnya mengandung ‘olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati’.[9]
3)   Majas paradoks
Pendapat yang dikemukakan oleh Shadily, menyatakan pendapat mengenai paradoks. Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan berupa konkrit sesuai dengan fakta-fakta yang ada.[10]
4)   Majas ironi
Menurut Henry Guntur Taringan, menyatakan mengenai ironi. Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu hal yang nyata dan berbeda, bahkan seringkali bertentangan dengan yang sebenarnya telah dikatakan itu.[11]
c.    Gaya bahasa Pertautan
Di dalam pengelompokkan gaya bahasa pertautan tersebut ada dua belas jenis majas, yaitu: metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, epitet, antonomasia, erotesis, paralelism, elipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton.[12]
d.   Gaya bahasa Perulangan
Dalam kelompok gaya bahasa perulangan juga ada dua belas jenis majas, seperti: aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplosis.[13]


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Penggunaan Gaya Bahasa dalam Berpacaran di Era Sekarang.
Apabila ada seorang laki-laki yang menyukai seorang perempuan, maka laki-laki itu akan berusaha mendekatinya untuk bisa mendapatkannya. Karena kurang adanya percaya diri dari seorang laki-laki biasanya hal pertama yang dilakukan adalah melalui kata-kata rayuan atau gombalan. Kata-kata itu sering digunakan oleh laki-laki yang menjadi senjata paling ampuh untuk menarik hati perempuan, baik di dunia nyata maupun sosial media. Jadi, tidak heran lagi gombalan yang digunakan di dalamnya terkandung majas atau gaya bahasa yang mempunyai makna kiasan.
1.    Majas asosiasi dan perumpamaan,
Ada beberapa majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk rayuan atau gombalan.  Majas asosiasi atau perumpamaan adalah membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berbeda  dan dianggap sama. Majas ini dapat ditandai dengan penggunaan kata: bagaikan, seperti, laksana, ibarat, bak, penaka, serupa, dan seumpama.
Contohnya:
a.    Biarpun malam ini gelap tanpa bintang, tapi wajahmu tetap bersinar bagaikan bulan purnama.
Dari contoh kalimat tersebut memiliki arti bahwa “walaupun dalam keadaan gelap gulita dan dilangit pun tidak ada bintang, tetapi wajahnya pun masih tampak cerah dan indah. Diibaratkan seperti bulan purnama yang bersinar terang yang selalu menerangi malam yang gelap ini.
b.    Walaupun foto ini terlihat kusam, tetapi laksana lukisan Monalisa yang tak ada duanya.
Makna kalimat di atas adalah seorang laki-laki ini sedang melihat atau memandangi foto pasangannya yang telah lalu (lama) karena dimakan usia, tetapi masih terlihat cantik. Diibaratkan sebagai lukisan yang paling indah, yaitu lukisan Monalisa yang pernah dibuat pada zaman dulu.
 Dari contoh-contoh diatas dapat diketahui bahwa rayuan atau gombalan laki-laki mulai lebih kreatif dan mempunyai gaya bahasa yang menggunakan unsure keindahan kata.
2.    Majas metafora,
Majas metafora mungkin tidak asing lagi, bahwa majas ini telah dipelajari semasa SMA. Majas metafora adalah majas yang menggunakan ungkapan secara langsung dan bukan makna sebenarnya melainkan hanya kiasan berupa perbandingan.
Contoh :
a.    Engkau belahan jiwaku sayang.
Makna dari kalimat tersebut ialah seseorang yang dicintai dan dikasihi itu seperti halnya seseorang yang paling berharga dalam hidupnya, serta tidak ada orang lain lagi yang mampu menggantikan posisinya.
b.    Dunia ini hanya milik kita berdua sayang.
Kalimat tersebut bermakna di dunia yang terbentang luas ini, serasa tak dihiraukan walaupun banyak orang-orang disekitarnya. Menganggap apa yang dilakukan di dunia ini, di khususkan hanya untuk pasangan dan tidak ada yang lain yang perlu dikerjakan selain bersama pasangan. Muncul prinsip “Semua hal di dunia ini hanya untuk pasangan”.
3.    Majas alegori
Majas alegori adalah pengungkapkan dengan cara lain melalui penggambaran.
Contoh :
a.    Kalaupun aku jadi suratnya, pasti kamu jadi prangkonya.
Makna dari contoh majas diatas bahwa dari kata surat dan prangko memiliki arti kesatuan atau satu hati yang tidak terpisahkan.
4.    Majas paradoks
Majas paradoks ialah majas yang di dalamnya mengandung pertentangan antara fakta dan pernyataan.
Contoh :
a.    Walaupun di ruangan ini banyak orang tapi hatiku merasa sepi.
Arti dari contoh majas tersebut ialah jika di ruangan ini ramai karena banyak orang, tetapi perasaan yang dirasakan hanya perasaan sepi karena disampingnya tidak ada seseorang yang disayangi dan dikasihi.
Kata-kata di atas sering sekali digunakan oleh laki-laki, bahkan tidak ada bosan-bosannya digunakan. Menurut pernyataan di media sosial kata-kata gombalan menjadi senjata yang paling ampuh untuk memikat pujaan hatinya. Dari hasil penelitian yang dilakukan kebanyakan laki-laki menggunakan bahasa gombalan  ini. Bahkan banyak laki-laki yang telah membuktikan, akibat dari gombalan itu pujaan hatinya terpikat pada dirinya.
Setelah dirasa laki-laki telah bisa memiliki perempuan yang dikasihinya, terkadang perasaan laki-laki akan merasa bosan dengan pasangannya ataupun telah kehabisan kata-kata.   Kadang terucap kata-kata pahit maupun kasar karena lama-lama hubungan dengan pasangan setelah dirasa tidak cocok lagi akan muncul perasaan jenuh dalam dirinya.
1.    Majas ironi
Majas ironi yang berarti majas yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud menyindir.
Contoh :
a.    Dirimu bagaikan ratu hingga banyak laki-laki yang mendatangimu.
Contoh di atas memberikan maksud  seorang perempuan yang paling berharga untuk di segani, sehingga banyak laki-laki yang berusaha mendekatinya untuk bisa mendapatkannya.
2.    Majas sinisme
Majas sinisme ialah majas yang menyatakan sindiran secara langsung (lebih kasar dari ironi).
Contoh :
a.    Perkataanmu setajam pisau hingga aku tak bisa lagi mempercayaimu.
Seorang laki-laki yang dibohongi perasaannya akan berubah dan berakibatkan ketidakpercayaan terhadap pasangannya hingga muncul kata-kata yang menyindir. Karena dirasa hubungannya dipermainkan laki-laki itu merasa kecewa, sehingga akan timbul ketidakpercayaan. 
3.    Majas sarkasme
Majas sarkasme adalah majas yang bermaksud untuk menyindir atau menyinggung orang lain ( majas yang paling kasar). Majas ini biasanya digunakan seseorang apabila dalam keadaan marah.
Contoh :
a.    Dasar perempuan tidak tahu terima kasih, bisa-bisanya mempermainkanku.
Makna kalimat tersebut adalah seorang perempuan yang dengan sengaja berbuat seenaknya sendiri terhadap laki-laki. Hal tersebut muncul akibat kejenuhan dalam hati. Biasanya, jika telah lama menjalin hubungan perempuan akan merasa bosan terhadap pasangan dan secara tidak sengaja ada laki-laki lain yang dikasihi. Kemudian terlontarlah kata-kata “Dasar perempuan tidak tahu terima kasih bisa-bisanya mempermainkanku”.


BAB III
PENUTUP
A.           Simpulan
Bahasa gombalan yang muncul hingga berkembang sedemikian rupa. Terciptanya rayuan-rayuan yang membuat ketertarikan terhadap perempuan. Dari berbagai macam gaya bahasa atau majas yang terkandung dalam bahasa gombalan memberi inspirasi atau cara lain kepada laki-laki yang tidak mempunyai keberanian dalam mengungkapkan isi hatinya.
Dengan demikian, kebiasaan dalam  menggunakan beragam bahasa gombalan dapat mengetahui dan memahami berbagai macam majas yang ada dan turunannya.

B.            Saran
1.         Banyak bahasa gombalan yang ditulis di media masa maupun diucapkan secara langsung bahasa yang digunakan tidak baku.
2.         Seharusnya biarpun bahasa gombalan terkesan alay tetapi di dalam bahasa gombalan banyak mengandung berbagai majas.
3.         Dengan kata-kata gombalan di atas yang di dalamnya terkandung majas atau gaya bahasa, disamping digunakan sebagai media penyampaian perasaan juga digunakan dalam meningkatkan wawasan kebahasaan khususnya gaya bahasa atau majas.
 








DAFTAR PUSTAKA

Pradopo, Rakhmat Joko.Pengkajian Puisi.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.1997.



[1] Henry Guntur Tarigan,Pengajaran Gaya Bahasa,(Bandung:angkasa,1985), hlm. 5.
[2] Ibid, hlm. 7-34.
[3] Ibid, hlm. 14-15.
[4] Ibid, hlm. 24-25.
[5] Ibid, hlm. 28.
[6] Ibid, hlm. 9.
[7] Ibid, hlm. 53-92.
[8] Ibid, hlm. 91.
[9] Ibid, hlm. 92.
[10] Ibid, hlm. 77.
[11] Ibid, hlm. 61.
[12] Ibid, hlm. 119-137.
[13] Ibid, hlm. 173-191.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar