Minggu, 18 Januari 2015

Presiden Indonesia

MAKALAH

Mr. Assaat : Biografi, Pemikiran, dan Perjuangannya
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional
Dosen pengampu: Bpk. Jahdan




Disusun oleh:
Nafi’ Rotus Sholikah



PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pengamat sejarah Prof Dr Muchlis Muchtar mengatakan, dua tokoh Sumatra Barat Syafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia di masa revolusi fisik, tetapi mereka tidak pernah disebutkan dalam nama Presiden RI. “Dalam daftar nama-nam Presiden RI hanya disebutkan delapan nama presiden, padahal seharusnya ada sepuluh nama termasuk Syafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat,” kata Muchlis di Padang. Menurutnya, masih belum ada alasan mengapa kedua tokoh pejuang asal Sumatra Barat itu tidak dicantumkan secara resmi sebagai presiden “ mungkin karena alpa, tetapi mungkin juga disengaja,” katanya.[1]
Dalam makalah ini pembahasannya terfokus pada tokoh pejuang Indonesia yaitu Mr. Assaat yang pernah dipercaya menjadi pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia (RI) pada periode 1949-1950. Banyak perjuangan yang telah dilakukannya untuk Republik Indonesia (RI) melalui kepemimpinannya dalam pemerintahan republik ini pada saat Soekarno dan Mohammad Hatta ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS). Untuk itu, kami akan menjelaskan beberapa hal mengenai siapa Mr Assaat? Tujuannya supaya pemuda generasi sekarang ini mengetahui siapa sosok Mr Asssat melalui biografinya, Bagaimana pemikiran-pemikirannya, dan apa saja pejuangan-perjuangan yang telah dicapainya?
B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, menjelaskan mengenai Biografi Mr Assaat, Bagaimana Pemikiran-pemikirannya, dan Apa saja Perjuangan-perjuangan yang dilakukan Mr Assaat?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Mr. Assaat
Mr. Assaat lahir di Dusun Pincuran Landai, Kubang Putih, Banuhampu, Agam, Sumatera Barat 18 September 1904 dan meninggal 16 Juni 1976 di Jakarta pada umur 71 tahun.[2] Mr. Assaat menikah dengan Roesiah dari Sungai Puar, Agam di Rumah Gadang Kapalo Koto pada tanggal 12 Juni 1949. Dari pernikahan ini ia dikaruniai dua orang putra dan seorang putri. Bagi orang-orang yang mengenalnya Mr Assaat adalah pribadi yang sederhana. Ketika menjadi Penjabat Presiden, ia tidak mau dipanggil Paduka Yang Mulia, lebih memilih panggilan Saudara Acting Presiden yang terdengar agak canggung pada waktu itu.[3]
Mr Assaat adalah tokoh pejuang Indonesia, ia pernah menjabat sebagai pemangku presiden pada masa pemerintahan Indonesia di Yogyakarta yang merupakan bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Mr Assaat mengawali pendidikannya di sekolah agama “Adabiah” dan MULO[4] Padang, kemudian melanjutkan ke “School tot Opleiding van Inlandsche Artsen” (STOVIA) Jakarta, karena dirasa kurang cocok menjadi seorang dokter selanjutnya dia keluar dari STOVIA melanjutkan ke AMS. Dari AMS[5], Mr Assaat meneruskan studinya ke “Rechts Hoge School” (Sekolah Hakim Tinggi) di Jakarta.
Ketika  menjadi seorang mahasiswa, Mr Assaat mulai aktif dalam gerakan pemuda dan politik. Di masa itu Assaat giat dalam organisasi pemuda “Jong Sumatranen Bond”. Dalam karirnya di bidang politik yang semakin maju, Assaat berhasil menjadi anggota Pengurus Besar dari “Perhimpunan Pemuda Indonesia”.   Mr Assaat juga bergabung dengan gerakan politik “Partai Indonesia” (Partindo). Kegiatannya di bidang politik pergerakan kebangsaan, diketahui oleh pengajar dan pihak Belanda, sehingga dia tidak diluluskan walau sudah beberapa kali mengikuti ujian akhir. Tersinggung atas perlakuan itu, dia memutuskan meninggalkan Indonesia pergi ke Belanda. Di Belanda dia memperoleh gelar Meester in de Rechten (Mr) atau Sarjana Hukum di Belanda. Pada tahun 1939 Assaat pernah menjadi seorang Advokat (pengacara) sampai pada masuknya Jepang ke Indonesia tahun 1942. Di zaman Jepang ia diangkat sebagai Camat Gambir, kemudian Wedana Mangga Besar di Jakarta [6]
Ketika berada di hutan-hutan Sumatera Barat dan Sumatera Utara, Assaat sudah merasa dirinya sering terserang sakit. Ia ditangkap, dalam keadaan fisik lemah dan menjalani hidup di dalam penjara Demokrasi Terpimpin selama empat tahun (1962-1966). Ia baru keluar dari tahanan di Jakarta, setelah munculnya Orde Baru.[7]
Pada tanggal 16 Juni 1976, Assaat meninggal di rumahnya yang sederhana di Warung Jati Jakarta Selatan. Assaat gelar Datuk Mudo diantar oleh teman-teman seperjuangannya, sahabat, dan semua keluarganya, dia dihormati oleh negara dimana upacara pemakamannya dengan kebesaran militer.[8]
B.     Pemikiran- pemikirannya
Menurut rekan-rekan seperjuangannya hal yang sangat menonjol dari Assaat adalah ketenangan dalam menghadapi persoalan, dari sikapnya itu Assaat ternyata mampu menduduki jabatan penting sebagai ketua KNIP sejak 1948-1049. Posisi ini sangat strategis sebab Republik Indonesia berada diujung tanduk. Ia berulangkali memimpin rapat BP KNIP yang sangat panas, ia mampu memimpin sidang dengan baik. Mengapa hal itu bisa dilakukan? Karena Assaat mampu berdiri di atas semua golongan dan pihak (berada di tengah-tengah).
Salah satu sikap yang paling fenomenal adalah keberaniannya untuk mengundurkan diri dari Partai Sosialis yang pada awal kemerdekaan sempat pecah menjadi dua yaitu, “kiri” atau pro Amir Syarifuddin dan “kanan” atau pro Syahrir. Assaat tak memihak salah satunya dan memilih untuk mengundurkan diri dari partai itu. Nantinya golongan “kiri” tergabung dengan Partai Komunis Indonesia dan golongan “kanan” tergabung dengan Partai Sosialis Indonesia.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Pekerjanya selama revolusi sedang berkobar telah dua kali mengadakah hijrah. Pertama di Jakarta, dengan tempat bersidang di bekas Gedung Komidi di Pasat baru dan di gedung Palang Merah Indonesia di Kramat. Karena perjuangan bertambah hangat, demi kelanjutan Revolusi Indonesia, sekitar tahun 1945 dipindahkan ke Yogyakarta.
Kemudian pada tahun itu juga KNIP dan Badan Pekerja, pindah ke Purwokerto, Jawa Tengah. Ketika situasi Purwokerto dianggap “kurang aman” untuk kedua kalinya KNIP hijrah ke Yogyakarta. Pada saat inilah Mr. Assaat sebagai anggota sekretariatnya. Tidak lama berselang dia ditunjuk menjadi ketua KNIP beserta Badan Pekerjanya.[9]
Mr Assaat yang pernah memangku jabatan Presiden RI sekitar Sembilan bulan. Ia juga pernah mencetuskan gagasan wawasan nusantara yang kemudian dikonkritkan menjadi kesepakatan internasional Deklarasi Djuanda, ini memperkokoh eksistensi NKRI yang terdiri dari ribuan pulau.[10]
Ketika Presiden Soekarno kembali menjadi kepala Negara NKRI yang menjalankan Demokrasi Terpimpin Asaat menentangnya, secara pribadi bung Karno tetap dihormatinya. Tetapi yang ditentangnya adalah politik bung Karno yang seolah-olah condong ke sayap kiri Partai Komunis Indonesia.[11]  
C.    Perjuangan dalam Pemerintahan Republik Indonesia
1.)    Perjuangannya sebelum menjadi Pemangku Presiden Republik Indonesia (RI)
Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP) dibentuk tanggal 16 Oktober 1945 yang diketuai oleh Sutan Sjahrir dan penulis oleh Soepeno dan beranggotakan 28 orang. Pada tanggal 14 November 1945, Sutan Syahrir diangkat menjadi Perdana Menteri Indonesia, sehingga BP-KNIP diketuai oleh Soepeno dan penulis Abdul Halim.[12]
Mungkin generasi muda sekarang kurang atau sedikit sekali mengenal perjuangan Mr. Assaat sebagai salah seorang patriot bangsa yang tidak kecil andilnya bagi menegakkan serta mempertahankan Republik Indonesia. Assaat adalah seorang yang setia memikul tanggung jawab, baik selama revolusi berlangsung hingga pada tahap akhir penyelesaian revolusi. Pada masa-masa kritis itu, Assaat tetap memperlihatkan dedikasi yang luar biasa. Ia tetap berdiri pada posnya di KNIP, tanpa mengenal pamrih dan patah semangat. Sejak ia terpilih menjadi ketua KNIP, jabatan ini tidak pernah terlepas dari tangannya.Kemudian pada tanggal 28 Januari 1948, Soepeno diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda pada Kabinet Hatta I, sehingga ketuanya adalah Mr. Assaat Datuk Mudo, dan penulis tetap dr. Abdul Halim.[13]
Sehingga tahun 1948-1949 (Desember) ia menjadi Ketua BP-KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat). Ia terpilih menjadi Ketua KNIP terakhir hingga KNIP dibubarkan, kemudian ia ditugasi sebagai Penjabat Presiden RI di kota perjuangan di Yogyakarta.
Pada 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer II. Assaat ditangkap Belanda bersama Bung Karno dan Bung Hatta serta pemimpin Republik lainnya, kemudian di asingkan di Manumbing, Pulau Bangka.[14]
2.)    Perjuangannya ketika menjabat sebagai Pemangku Presiden Republik Indonesia (RI)
Sampai kepadanya diserahkan tugas sebagai Penjabat Presiden RI di kota perjuangan di Yogyakarta. Setelah perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949, Assaat diamanatkan menjadi Acting Presiden Republik Indonesia di Yogyakarta hingga 15 Agustus 1950. Dengan terbentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat), jabatannya sebagai Penjabat Presiden RI pada Agustus 1950 selesai, demikian juga jabatannya selaku ketua KNIP dan Badan Pekerjanya. Sebab pada bulan Agustus 1950, negara-negara bagian RIS melebur diri dalam Negara Kesatuan RI. Saat menjadi Acting Presiden RI, Assaat menandatangani statuta pendirian Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.
Api revolusi mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945 terus menggelora. Belanda dengan kekuatan militernya melancarkan apa yang mereka namakan Agresi Militer II. Mr. Assaat ditangkap Belanda bersama Bung Karno dan Bung Hatta serta pemimpin Republik lainnya, kemudian di asingkan di Manumbing di Pulau Bangka. Rambutnya bertambah putih, karena uban makin melebat sejak diasingkan di Manumbing dan Mr. Assaat mulai memelihara jenggot. Assaat bukan ahli pidato, dia tidak suka banyak bicara, tetapi segala pekerjaan bagi kepentingan perjuangan semua dapat diselesaikannya dengan baik, semua rahasia negara dipegang teguh, itulah sebabnya dia disenangi dan disegani oleh kawan dan lawan politiknya.
3.)    Perjuangannya Pasca turun dari Pemangku Jabatan Presiden Republik Indonesia (RI)
Setelah pindah ke Jakarta, Assaat menjadi anggota parlemen (DPR-RI), hingga duduk dalam Kabinet Natsir menjadi Menteri Dalam Negeri September 1950 sampai Maret 1951. Setelah Kabinet Natsir bubar, ia kembali menjadi anggota Parlemen. Pada tahun 1955 ia menjabat sebagai formatur Kabinet bersama Soekiman Wirjosandjojo dan Wilopo untuk mencalonkan Bung Hatta sebagai Perdana Menteri. Karena waktu itu terjadi ketidak puasan daerah terhadap kebijakan pemerintahan Pusat. Daerah-daerah mendukung Bung Hatta, tetapi upaya tiga formatur tersebut menemui kegagalan, karena secara formal, ditolak oleh Parlemen.
Ketika Presiden Soekarno menjalankan Demokrasi Terpimpin, Assaat menentangnya. Secara pribadi Bung Karno tetap dihormatinya, yang ditentangnya adalah politik Bung Karno yang seolah-olah condong ke sayap kiri Partai Komunis Indonesia (PKI).
Assaat merasa terancam, karena Demokrasi Terpimpin adalah kediktatoran terselubung, ia selalu diawasi oleh intel serta PKI. Dengan berpura-pura "akan berbelanja" ia bersama keluarganya melarikan diri dengan berturut-turut naik becak dari Jl. Teuku Umar ke Jl. Sabang, dari sana dilanjutkan menuju Stasiun Tanah Abang.
Assaat beserta keluarga berhasil menyeberang ke Sumatera. Berdiam beberapa hari di Palembang. Ketika itu di Sumatera Selatan sudah terbentuk Dewan Gajah yang dipimpin oleh Letkol Barlian. Di Sumatera Barat Letkol Ahmad Husein membentuk Dewan Banteng. Kolonel Maludin Simbolon mendirikan Dewan Gajah di Sumatera Utara, sementara Kolonel Ventje Sumual membangun Dewan Manguni (Burung hantu) di Sulawesi.[15]
Dewan-dewan tersebut bersatu menentang Sukarno yang dipengaruhi oleh PKI. Terbentuklah Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Assaat ketika itu baru tiba di Sumatera Barat bergabung dengan PRRI melancarkan perang gerilya melawan Pemerintah Pusat. Setelah sepuluh tahun keluar dari penjara, Mr Assaat meninggal di rumahnya yang sederhana di Warung Jati Jakarta Selatan.[16] 

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, Mr Assaat merupakan tokoh pejuang Indonesia yang sempat menjabat sebagai Pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia (RI). Namun sungguh disayangkan nama presiden ini terlupakan atau memang sengaja dilupakan oleh sejarah Indonesia. Padahal Assaat sendiri mempunyai peranan penting pada saat memimpin Republik Indonesia di Yogyakarta.



DAFTAR PUSTAKA

_____. Biografi Mr Assaat. http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=113&presiden_id=1&presiden=sukarno, diakses ______
_____. Assaat. http://id.wikipedia.org/wiki/Assaat, diakses 23 Mei 2014
_______.Missing Link dalam Sejarah Bangsa Tidak Boleh Terjadi. http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2013/okt/10/6871/missing-link-dalam-sejarah-bangsa-tidak-boleh-terjadi, diakses 9 oktober 2013
Erwin Moechtar, Mr Assaat, http://www.cimbuak.net/tokoh-minang/53-tokoh-minangkabau/204-tokoh-minang, diakses 15 Juni 1986
Meisy Meidina Billem, Mr Assaat Mantan Presiden RI yang tak Dicatat Sejarah, http://geotimes.co.id/seni-budaya/seni-budaya-news/profil-tokoh/9472-mr-assaat-,-salah-satu-mantan-presiden-ri-yang-tak-dicatat-sejarah.html, Diakses 18 September 2014 jam 15:27 WIB
Muhammad Ilham, Mr. Assaat dan Peci Beludru, http://ilhamfadli.blogspot.com/2011/11/mr-assaat-dan-peci-beludru.html, diakses Kamis, 17 November 2011
Pecinta Sejarah, Dua Presiden Indonesia yang Terlupakan Syafrudin Prawiranegara dan Mr. Assaat, http://www.kaskus.co.id/thread/512d5c9ee574b4231a00000c/dua-presiden-indonesia-yang-terlupakan-syafrudin-prawiranegara-dan-mrassaat, diakses 27 Februari 2013
Teguh, Syafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat Presiden dari Padang yang Terlupakan, http://selokartojaya.blogspot.com/2009/09/sjafruddin-prawiranegara-dan-mr-assaat.html, diakses September 2009, jam 11.16 WIB
Unikbaca.com, Mantan Presiden Indonesia yang Tak Pernah Tercatat, http://www.unikbaca.com/2013/01/mantan-presiden-indonesia-yang-tak.html, diakses __ Januari 2013, jam 21.00 WIB



[1]Teguh, Syafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat Presiden dari Padang yang Terlupakan, http://selokartojaya.blogspot.com/2009/09/sjafruddin-prawiranegara-dan-mr-assaat.html, diakses September 2009, jam 11.16 WIB
[2]Pecinta Sejarah, Dua Presiden Indonesia yang Terlupakan Syafrudin Prawiranegara dan Mr. Assaat, http://www.kaskus.co.id/thread/512d5c9ee574b4231a00000c/dua-presiden-indonesia-yang-terlupakan-syafrudin-prawiranegara-dan-mrassaat, diakses 27 Februari 2013
[3]________, Missing Link dalam Sejarah Bangsa Tidak Boleh Terjadi, http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2013/okt/10/6871/missing-link-dalam-sejarah-bangsa-tidak-boleh-terjadi, diakses 9 oktober 2013
[4]MULO ( Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) adalah Sekolah Menengah Pertama pada zaman Belanda
[5]AMS (Algemene Middelbare School) adalah Sekolah Menengah Atas pada zaman Belanda
[6]_____, Biografi Mr Assaat, http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=113&presiden_id=1&presiden=sukarno,
[7]_____, Assaat, http://id.wikipedia.org/wiki/Assaat, diakses 23 Mei 2014
[8]Erwin Moechtar, Mr Assaat, http://www.cimbuak.net/tokoh-minang/53-tokoh-minangkabau/204-tokoh-minang, diakses 15 Juni 1986
[9]Unikbaca.com, Mantan Presiden Indonesia yang Tak Pernah Tercatat, http://www.unikbaca.com/2013/01/mantan-presiden-indonesia-yang-tak.html, diakses __ Januari 2013
[10]_______.Missing Link dalam Sejarah Bangsa Tidak Boleh Terjadi. http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2013/okt/10/6871/missing-link-dalam-sejarah-bangsa-tidak-boleh-terjadi, diakses 9 oktober 2013
[11]Erwin Moechtar, Mr Assaat, http://www.cimbuak.net/tokoh-minang/53-tokoh-minangkabau/204-tokoh-minang, diakses 15 Juni 1986

[12]_____, Assaat, http://id.wikipedia.org/wiki/Assaat, diakses 23 Mei 2014 
[13]Muhammad Ilham, Mr. Assaat dan Peci Beludru, http://ilhamfadli.blogspot.com/2011/11/mr-assaat-dan-peci-beludru.html, diakses Kamis, 17 November 2011
[14]_____, Syafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat, dua Presiden Indonesia yang Terlupakan, http://kabarpengamat.blogspot.com/2014/08/dua-presiden-indonesia-yang-terlupakan.html#.VIF5sNKUeAo, diakses 9 Mei 2013 jam 8.08
[15]_____, Assaat, http://id.wikipedia.org/wiki/Assaat, diakses 23 Mei 2014
[16] Meisy Meidina Billem, Mr Assaat Mantan Presiden RI yang tak Dicatat Sejarah, http://geotimes.co.id/seni-budaya/seni-budaya-news/profil-tokoh/9472-mr-assaat-,-salah-satu-mantan-presiden-ri-yang-tak-dicatat-sejarah.html, Diakses 18 September 2014 jam 15:27 WIB 

MATERI KULIAH ANTROPOLOGI

MATERI KULIAH ANTROPOLOGI
1.      Sejarah antropologi
2.      Cabang-cabang antropologi
3.      Masyarakat
4.      Kebudayaan
5.      Konsep integrasi kebudayaan
6.      Dinamika masyarakat dan kebudayaan
7.      Aneka ragam kebudayaan dan masyarakat

8.      etnografi

fokus budaya di Ngawi

FOKUS BUDAYA DI NGAWI-JAWA TIMUR

1.      TARI PENTUL MELIKAN

TARI PENTUL MELIKAN
Tari ini berasal dari Desa Melikan Tempuran Kecamatan Paron, Tari ini digarap atau diciptakan pada tahun 1952 oleh Bapak Munajah di Desa Melikan Kelurahan Tempuran, Kecamatan Paron, Kebudayaan Ngawi. Tarian ini diciptakan untuk menghibur masyarakat setelah membangun sekolah daerah itu. Perkembangan selanjutnya, pementasan tari ini diadakan untuk  memperingati hari-hari besar nasional dan hari besar Islam oleh penduduk setempat. Sebagai rasa syukur dan ungkapan gembira masyarakat desa yang telah berhasil membangun sebuah jembatan, masyarakat sepakat untuk membuat suatu tontonan/hiburan yang menarik dan lucu.
Tarian ini dilakukan dengan memakai topeng kayu. Tarian ini melambangkan watak manusia yang berbeda-beda namun tetap bersatu dalam kerja. Topeng ini dipengaruhi oleh zaman Kerajaan Kediri dan masa kini. Iringan gamelan sedikit dipengaruh oleh Reog Ponorogo. Gerak-gerak tarian melambangkan penyembahan terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan ini menumbuhkan ketentraman dan kedamaian. Tarian ini digambarkan dalam bentuk berbaris seperti prajurit dan setengah lingkaran.
2.      BATIK KHAS NGAWI
BATIK KHAS NGAWI
Batik merupakan salah satu warisan dari kebudayaan asli Indonesia. Dewasa ini Pemerintah giat untuk mengkampanyekan ataupun memperkenalkan pemakaian pakaian batik sebagai identitas nasional. Salah satu industri rumah tangga yang sedang berkembang di dua Kecamatan yaitu di Desa Munggut Kecamatan Padas dan Desa Banyu Biru kecamatan Ngrambe.
Batik motif Ngawi ini dibuat dengan teknologi batik tulis. Dengan mengusung ciri khas Ngawi, yaitu padi, bambu, dan manusia purba (palu purba). Batik tersebut, didesain dengan sangat teliti. Efek rentesan pada setiap konturnya membuat proses batik tulis ini cukup lama. Oleh karena itu kain batik tulis ini dijual dengan harga yang pantas.
3.      TARI BEDOYO SRIGATI

TARI BEDOYO SRIGATI
Tari Bedoyo Srigati ini adalah tarian sakral yang biasanya menjadi tarian upacara adat pada waktu Ganti Langse di obyek wisata spiritual Pesanggrahan Srigati . Tarian Ini ditarikan oleh paling sedikit 10 penari yang semua harus masih gadis. Saat ini Tari Budoyo Srigati juga biasa ditampilkan pada saat ada jamuan tamu yang berkunjung di Ngawi. Ditarikan oleh para gadis cantik dengan pakaian tradisional yang indah dan gerak yang lembut, Budoyo Srigati sangat menarik untuk ditonton.
4.      TARI OREK OREK

TARI OREK OREK
Ngawi sejak tahun 1980-an terkenal sebagai Bumi Orek-Orek.  Sebutan ini tidak lepas dari adanya Tari Orek-Orek yang tumbuh subur dan berkembang dimasyarakat luas. Hampir disetiap acara baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun masyarakat sendiri tari ini selalu dipentaskan. 
Tari Orek–orek merupakan tarian dengan gerak dinamis dengan pemain terdiri dari pria dan wanita berpasangan. Tarian ini menggambarkan muda mudi masyarakat desa yang sehabis kerja berat gotong royong melakukan tarian gembira ria untuk melepaskan lelah.
5.      KEDUK BEDJI

KEDUK BEDJI
Prosesi Ritual Keduk Beji di Desa Tawun, Ngawi, Jawa Timur
a.      Sarana Ngalap Berkah Awet Muda
Masyarakat Desa Tawun, Kec. Padas, Ngawi memiliki tradisi unik, yakni ‘Ritual Keduk Beji’. Tradisi turun-temurun yang digelar setiap Selasa Kliwon usai masa panen raya ini sebagai sarana penghormatan kepada Eyang Ludro Joyo atas sumber air yang melimpah dan keramat. Berikut prosesi ritualnya:
Sebelum ritual berlangsung, ratusan peserta berkumpul di sumber berukuran 20 x 30 meter. Ritual dimulai dengan melakukan pengerukan atau pembersihan kotoran dengan mengambil sampah dan daun-daun yang mengotori sumber mata air Beji yang berada di Desa Tawun. Terlihat seluruh peserta yang terdiri atas kalangan anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua tumplek blek turun menceburkan diri. Pada saat prosesi ini berlangsung, seluruh peserta basah kuyup oleh air sumber yang telah menjadi keruh, bahkan disertai dengan mandi lumpur.
Tak khayal, teriakan peserta yang ikut mandi lumpur dan masing-masing memegang tongkat kayu menarikan tari ‘Kecetan’ sembari bersahut-sahutan dengan suara dua sinden yang melantunkan tembang-tembang  Jawa disertai iringan gamelan. Para pemain gamelan dan dua sinden ini juga tampak gembira seperti peserta ritual lain yang berada di dalam areal ritual. Ritual kemudian dilanjutkan dengan penyikepan kendi ke dalam pusat sumber. Lalu, melakukan penyiraman air legen ke dalam sumber Beji dan penyeberangan sesaji dari arah timur ke barat sumber. Sesaji tersebut berisi makanan khas Jawa. Seperti jadah, jenang, rengginang, lempeng, tempe, yang ditambah buah pisang, kelapa, bunga, dan telur ayam kampung.
Selama penyeberangan sesaji, para pemuda yang berada di sekitar sumber Beji berjoged dan melakukan ritual saling gepuk (pukul) dengan diiringi gending Jawa. Ritual ditutup dengan makan bersama Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon yang telah disediakan bagi warga untuk ‘ngalub’ atau meraih berkah. Warga saling berebut makanan yang dipercaya bisa mendatangkan berkah bagi kehidupannya kelak. Setelah ritual selesai, warga desa beramai-ramai mengambil air sumber yang mengalir jernih. Ada yang ditempatkan di botol, ada yang ditempatkan diember, bahkan ada pula yang langsung mandi di pinggiran sumber tersebut.
b. Sumber Air Ajaib
Mengenai tradisi turun-temurun ini, sesepuh Desa Tawun selaku Juru Silep, Mbah Suporno, mengatakan bahwa upacara Keduk Beji ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan adat budaya penduduk Desa Tawun sejak zaman dulu.
Tak sekadar melestarikan warisan leluhur, ritual ini menurut Mbah Supomo, berawal dari warisan Eyang Ludro Joyo yang dulu peruah bertapa di Sumber Beji  untuk mencari ketenangan dan kesejahteraan rudup. Setelah bertapa lama, tepat di hari Selasa Kliwon, jasad Eyang Ludro Joyo dipercaya hilang dan timbullah air sumber yang dimanfaatkan warga untuk mengairi lahan pertanian penduduk sekitar dan digunakan untuk menyuplai air kolam renang di tempat wisata Tawun yang merupakan objek wisata sumber kehidupan bagi warga setempat.
Terkait dengan air yang keluar dari sumber mata air ini, menurut kepercayaan warga memiliki berbagai keistimewaan. “Kami percaya, air sumber yang baru keluar setelah upacara ‘Keduk Beji’ sangat berkhasiat. Selain untuk kesehatan, air ini juga bisa membuat awet muda. Sedangkan syukuran berupa Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon yang disediakan warga untuk mencari berkah,” kata salah satu warga yang mengikuti ritual setiap Selasa Kliwon ini.
Sementara itu, inti dari ritual ini, terletak pada penyilepan atau penyimpanan kendi di pusat sumber air Beji. Pusat sumber tersebut terdapat di dalam gua yang terdapat di dalam sumber. “Setiap tahunnya, kendi di dalam sumber diganti melalui upacara ini. Hal ini dimaksudkan agar sumber air Beji tetap bersih. Dan tidak kalah sakralnya, mandi lumpur ini dipercaya warga desa setempat untuk membersihkan badan. Selain itu, mandi lumpur dipercaya dapat awet muda dan sehat,” jelas Mbah Porno yang diyakini masih keturunan dari Eyang Ludro Joyo.
6.     WAYANG KRUCIL
Wayang-Krucil-Indonesia-2

Wayang krucil adalah kesenian khas Ngawi, Jawa Timur dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan Wayang Krucil. Wayang ini dalam perkembangannya menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi) yang kemudian dikenal sebagai Wayang Klithik. Cerita yang dipakai dalam wayang krucil umumnya mengambil dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di Majapahit. Namun, tidak menutup kemungkinan wayang krucil memakai cerita wayang purwa dan wayang menak, bahkan dari babad tanah jawa sekalipun. Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati (srepegan). Namun, ada kalanya wayang krucil menggunakan gendhing-gendhing besar.