MAKALAH
Mr. Assaat
: Biografi, Pemikiran, dan Perjuangannya
Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional
Dosen pengampu:
Bpk. Jahdan

Disusun oleh:
Nafi’ Rotus
Sholikah
PROGRAM
STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS
ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengamat sejarah Prof Dr Muchlis Muchtar mengatakan,
dua tokoh Sumatra Barat Syafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat pernah menjabat
sebagai Presiden Indonesia di masa revolusi fisik, tetapi mereka tidak pernah
disebutkan dalam nama Presiden RI. “Dalam daftar nama-nam Presiden RI hanya disebutkan
delapan nama presiden, padahal seharusnya ada sepuluh nama termasuk Syafruddin
Prawiranegara dan Mr. Assaat,” kata Muchlis di Padang. Menurutnya, masih belum
ada alasan mengapa kedua tokoh pejuang asal Sumatra Barat itu tidak dicantumkan
secara resmi sebagai presiden “ mungkin karena alpa, tetapi mungkin juga
disengaja,” katanya.[1]
Dalam makalah ini pembahasannya terfokus pada tokoh pejuang
Indonesia yaitu Mr. Assaat yang pernah dipercaya menjadi pemangku jabatan Presiden
Republik Indonesia (RI) pada periode 1949-1950. Banyak perjuangan yang telah
dilakukannya untuk Republik Indonesia (RI) melalui kepemimpinannya dalam
pemerintahan republik ini pada saat Soekarno dan Mohammad Hatta ditetapkan
sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS). Untuk
itu, kami akan menjelaskan beberapa hal mengenai siapa Mr Assaat? Tujuannya
supaya pemuda generasi sekarang ini mengetahui siapa sosok Mr Asssat melalui
biografinya, Bagaimana pemikiran-pemikirannya, dan apa saja
pejuangan-perjuangan yang telah dicapainya?
B.
Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini, menjelaskan mengenai Biografi Mr Assaat, Bagaimana Pemikiran-pemikirannya,
dan Apa saja Perjuangan-perjuangan yang dilakukan Mr Assaat?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Mr. Assaat
Mr.
Assaat lahir di Dusun Pincuran Landai, Kubang Putih, Banuhampu, Agam, Sumatera
Barat 18 September 1904 dan meninggal 16 Juni 1976 di Jakarta pada umur 71
tahun.[2] Mr.
Assaat menikah dengan Roesiah dari Sungai Puar, Agam di Rumah Gadang Kapalo
Koto pada tanggal 12 Juni 1949. Dari pernikahan ini ia dikaruniai dua orang
putra dan seorang putri. Bagi orang-orang yang mengenalnya Mr Assaat adalah
pribadi yang sederhana. Ketika menjadi Penjabat Presiden, ia tidak mau
dipanggil Paduka Yang Mulia, lebih memilih panggilan Saudara Acting Presiden
yang terdengar agak canggung pada waktu itu.[3]
Mr
Assaat adalah tokoh pejuang Indonesia, ia pernah menjabat sebagai pemangku
presiden pada masa pemerintahan Indonesia di Yogyakarta yang merupakan bagian
dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Mr Assaat mengawali pendidikannya di
sekolah agama “Adabiah” dan MULO[4]
Padang, kemudian melanjutkan ke “School tot Opleiding van Inlandsche Artsen”
(STOVIA) Jakarta, karena dirasa kurang cocok menjadi seorang dokter selanjutnya
dia keluar dari STOVIA melanjutkan ke AMS. Dari AMS[5],
Mr Assaat meneruskan studinya ke “Rechts Hoge School” (Sekolah Hakim Tinggi) di
Jakarta.
Ketika
menjadi seorang mahasiswa, Mr Assaat
mulai aktif dalam gerakan pemuda dan politik. Di masa itu Assaat giat dalam
organisasi pemuda “Jong Sumatranen Bond”. Dalam karirnya di bidang politik yang
semakin maju, Assaat berhasil menjadi anggota Pengurus Besar dari “Perhimpunan
Pemuda Indonesia”. Mr Assaat juga
bergabung dengan gerakan politik “Partai Indonesia” (Partindo). Kegiatannya di
bidang politik pergerakan kebangsaan, diketahui oleh pengajar dan pihak
Belanda, sehingga dia tidak diluluskan walau sudah beberapa kali mengikuti
ujian akhir. Tersinggung atas perlakuan itu, dia memutuskan meninggalkan
Indonesia pergi ke Belanda. Di Belanda dia memperoleh gelar Meester in de
Rechten (Mr) atau Sarjana Hukum di Belanda. Pada tahun 1939 Assaat pernah
menjadi seorang Advokat (pengacara) sampai pada masuknya Jepang ke Indonesia
tahun 1942. Di zaman Jepang ia diangkat sebagai Camat Gambir, kemudian Wedana
Mangga Besar di Jakarta [6]
Ketika
berada di hutan-hutan Sumatera Barat dan Sumatera Utara, Assaat sudah merasa
dirinya sering terserang sakit. Ia ditangkap, dalam keadaan fisik lemah dan
menjalani hidup di dalam penjara Demokrasi Terpimpin selama empat tahun
(1962-1966). Ia baru keluar dari tahanan di Jakarta, setelah munculnya Orde
Baru.[7]
Pada
tanggal 16 Juni 1976, Assaat meninggal di rumahnya yang sederhana di Warung
Jati Jakarta Selatan. Assaat gelar Datuk Mudo diantar oleh teman-teman seperjuangannya,
sahabat, dan semua keluarganya, dia dihormati oleh negara dimana upacara
pemakamannya dengan kebesaran militer.[8]
B.
Pemikiran- pemikirannya
Menurut
rekan-rekan seperjuangannya hal yang sangat menonjol dari Assaat adalah
ketenangan dalam menghadapi persoalan, dari sikapnya itu Assaat ternyata mampu
menduduki jabatan penting sebagai ketua KNIP sejak 1948-1049. Posisi ini sangat
strategis sebab Republik Indonesia berada diujung tanduk. Ia berulangkali
memimpin rapat BP KNIP yang sangat panas, ia mampu memimpin sidang dengan baik.
Mengapa hal itu bisa dilakukan? Karena Assaat mampu berdiri di atas semua
golongan dan pihak (berada di tengah-tengah).
Salah
satu sikap yang paling fenomenal adalah keberaniannya untuk mengundurkan diri
dari Partai Sosialis yang pada awal kemerdekaan sempat pecah menjadi dua yaitu,
“kiri” atau pro Amir Syarifuddin dan “kanan” atau pro Syahrir. Assaat tak
memihak salah satunya dan memilih untuk mengundurkan diri dari partai itu.
Nantinya golongan “kiri” tergabung dengan Partai Komunis Indonesia dan golongan
“kanan” tergabung dengan Partai Sosialis Indonesia.
Sebagai
ilustrasi dapat dikemukakan, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan
Pekerjanya selama revolusi sedang berkobar telah dua kali mengadakah hijrah.
Pertama di Jakarta, dengan tempat bersidang di bekas Gedung Komidi di Pasat
baru dan di gedung Palang Merah Indonesia di Kramat. Karena perjuangan
bertambah hangat, demi kelanjutan Revolusi Indonesia, sekitar tahun 1945
dipindahkan ke Yogyakarta.
Kemudian
pada tahun itu juga KNIP dan Badan Pekerja, pindah ke Purwokerto, Jawa Tengah.
Ketika situasi Purwokerto dianggap “kurang aman” untuk kedua kalinya KNIP
hijrah ke Yogyakarta. Pada saat inilah Mr. Assaat sebagai anggota
sekretariatnya. Tidak lama berselang dia ditunjuk menjadi ketua KNIP beserta
Badan Pekerjanya.[9]
Mr
Assaat yang pernah memangku jabatan Presiden RI sekitar Sembilan bulan. Ia juga
pernah mencetuskan gagasan wawasan nusantara yang kemudian dikonkritkan menjadi
kesepakatan internasional Deklarasi Djuanda, ini memperkokoh eksistensi NKRI
yang terdiri dari ribuan pulau.[10]
Ketika
Presiden Soekarno kembali menjadi kepala Negara NKRI yang menjalankan Demokrasi
Terpimpin Asaat menentangnya, secara pribadi bung Karno tetap dihormatinya.
Tetapi yang ditentangnya adalah politik bung Karno yang seolah-olah condong ke
sayap kiri Partai Komunis Indonesia.[11]
C.
Perjuangan dalam Pemerintahan Republik Indonesia
1.)
Perjuangannya sebelum menjadi Pemangku Presiden
Republik Indonesia (RI)
Badan
Pekerja KNIP (BP-KNIP) dibentuk tanggal 16 Oktober 1945 yang diketuai oleh
Sutan Sjahrir dan penulis oleh Soepeno dan beranggotakan 28 orang. Pada tanggal
14 November 1945, Sutan Syahrir diangkat menjadi Perdana Menteri Indonesia,
sehingga BP-KNIP diketuai oleh Soepeno dan penulis Abdul Halim.[12]
Mungkin
generasi muda sekarang kurang atau sedikit sekali mengenal perjuangan Mr.
Assaat sebagai salah seorang patriot bangsa yang tidak kecil andilnya bagi
menegakkan serta mempertahankan Republik Indonesia. Assaat adalah seorang yang
setia memikul tanggung jawab, baik selama revolusi berlangsung hingga pada
tahap akhir penyelesaian revolusi. Pada masa-masa kritis itu, Assaat tetap
memperlihatkan dedikasi yang luar biasa. Ia tetap berdiri pada posnya di KNIP,
tanpa mengenal pamrih dan patah semangat. Sejak ia terpilih menjadi ketua KNIP,
jabatan ini tidak pernah terlepas dari tangannya.Kemudian pada tanggal 28
Januari 1948, Soepeno diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda pada
Kabinet Hatta I, sehingga ketuanya adalah Mr. Assaat Datuk Mudo, dan penulis
tetap dr. Abdul Halim.[13]
Sehingga
tahun 1948-1949 (Desember) ia menjadi Ketua BP-KNIP (Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat). Ia terpilih menjadi Ketua KNIP terakhir hingga KNIP
dibubarkan, kemudian ia ditugasi sebagai Penjabat Presiden RI di kota
perjuangan di Yogyakarta.
Pada
19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer II. Assaat ditangkap
Belanda bersama Bung Karno dan Bung Hatta serta pemimpin Republik lainnya,
kemudian di asingkan di Manumbing, Pulau Bangka.[14]
2.)
Perjuangannya ketika menjabat sebagai Pemangku
Presiden Republik Indonesia (RI)
Sampai
kepadanya diserahkan tugas sebagai Penjabat Presiden RI di kota perjuangan di
Yogyakarta. Setelah perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949,
Assaat diamanatkan menjadi Acting Presiden Republik Indonesia di Yogyakarta
hingga 15 Agustus 1950. Dengan terbentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat),
jabatannya sebagai Penjabat Presiden RI pada Agustus 1950 selesai, demikian
juga jabatannya selaku ketua KNIP dan Badan Pekerjanya. Sebab pada bulan
Agustus 1950, negara-negara bagian RIS melebur diri dalam Negara Kesatuan RI. Saat
menjadi Acting Presiden RI, Assaat menandatangani statuta pendirian Universitas
Gadjah Mada di Yogyakarta.
Api
revolusi mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945 terus menggelora. Belanda
dengan kekuatan militernya melancarkan apa yang mereka namakan Agresi Militer
II. Mr. Assaat ditangkap Belanda bersama Bung Karno dan Bung Hatta serta
pemimpin Republik lainnya, kemudian di asingkan di Manumbing di Pulau Bangka.
Rambutnya bertambah putih, karena uban makin melebat sejak diasingkan di
Manumbing dan Mr. Assaat mulai memelihara jenggot. Assaat bukan ahli pidato,
dia tidak suka banyak bicara, tetapi segala pekerjaan bagi kepentingan
perjuangan semua dapat diselesaikannya dengan baik, semua rahasia negara
dipegang teguh, itulah sebabnya dia disenangi dan disegani oleh kawan dan lawan
politiknya.
3.)
Perjuangannya Pasca turun dari Pemangku Jabatan
Presiden Republik Indonesia (RI)
Setelah
pindah ke Jakarta, Assaat menjadi anggota parlemen (DPR-RI), hingga duduk dalam
Kabinet Natsir menjadi Menteri Dalam Negeri September 1950 sampai Maret 1951.
Setelah Kabinet Natsir bubar, ia kembali menjadi anggota Parlemen. Pada tahun
1955 ia menjabat sebagai formatur Kabinet bersama Soekiman Wirjosandjojo dan
Wilopo untuk mencalonkan Bung Hatta sebagai Perdana Menteri. Karena waktu itu
terjadi ketidak puasan daerah terhadap kebijakan pemerintahan Pusat.
Daerah-daerah mendukung Bung Hatta, tetapi upaya tiga formatur tersebut menemui
kegagalan, karena secara formal, ditolak oleh Parlemen.
Ketika
Presiden Soekarno menjalankan Demokrasi Terpimpin, Assaat menentangnya. Secara
pribadi Bung Karno tetap dihormatinya, yang ditentangnya adalah politik Bung
Karno yang seolah-olah condong ke sayap kiri Partai Komunis Indonesia (PKI).
Assaat
merasa terancam, karena Demokrasi Terpimpin adalah kediktatoran terselubung, ia
selalu diawasi oleh intel serta PKI. Dengan berpura-pura "akan
berbelanja" ia bersama keluarganya melarikan diri dengan berturut-turut
naik becak dari Jl. Teuku Umar ke Jl. Sabang, dari sana dilanjutkan menuju
Stasiun Tanah Abang.
Assaat
beserta keluarga berhasil menyeberang ke Sumatera. Berdiam beberapa hari di
Palembang. Ketika itu di Sumatera Selatan sudah terbentuk Dewan Gajah yang
dipimpin oleh Letkol Barlian. Di Sumatera Barat Letkol Ahmad Husein membentuk
Dewan Banteng. Kolonel Maludin Simbolon mendirikan Dewan Gajah di Sumatera
Utara, sementara Kolonel Ventje Sumual membangun Dewan Manguni (Burung hantu)
di Sulawesi.[15]
Dewan-dewan
tersebut bersatu menentang Sukarno yang dipengaruhi oleh PKI. Terbentuklah
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Assaat ketika itu baru
tiba di Sumatera Barat bergabung dengan PRRI melancarkan perang gerilya melawan
Pemerintah Pusat. Setelah sepuluh tahun keluar dari penjara, Mr Assaat
meninggal di rumahnya yang sederhana di Warung Jati Jakarta Selatan.[16]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari
pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, Mr Assaat merupakan tokoh pejuang
Indonesia yang sempat menjabat sebagai Pemangku jabatan Presiden Republik
Indonesia (RI). Namun sungguh disayangkan nama presiden ini terlupakan atau
memang sengaja dilupakan oleh sejarah Indonesia. Padahal Assaat sendiri
mempunyai peranan penting pada saat memimpin Republik Indonesia di Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
_____. Biografi Mr Assaat.
http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=113&presiden_id=1&presiden=sukarno,
diakses ______
_____. Assaat. http://id.wikipedia.org/wiki/Assaat, diakses 23
Mei 2014
_______.Missing Link dalam Sejarah Bangsa Tidak
Boleh Terjadi. http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2013/okt/10/6871/missing-link-dalam-sejarah-bangsa-tidak-boleh-terjadi, diakses 9 oktober 2013
Erwin Moechtar, Mr Assaat,
http://www.cimbuak.net/tokoh-minang/53-tokoh-minangkabau/204-tokoh-minang,
diakses 15 Juni 1986
Meisy Meidina Billem,
Mr Assaat Mantan Presiden RI yang tak Dicatat Sejarah,
http://geotimes.co.id/seni-budaya/seni-budaya-news/profil-tokoh/9472-mr-assaat-,-salah-satu-mantan-presiden-ri-yang-tak-dicatat-sejarah.html,
Diakses 18
September 2014 jam
15:27 WIB
Muhammad Ilham, Mr. Assaat dan Peci Beludru, http://ilhamfadli.blogspot.com/2011/11/mr-assaat-dan-peci-beludru.html,
diakses Kamis, 17 November 2011
Pecinta Sejarah, Dua Presiden Indonesia yang
Terlupakan Syafrudin Prawiranegara dan Mr. Assaat, http://www.kaskus.co.id/thread/512d5c9ee574b4231a00000c/dua-presiden-indonesia-yang-terlupakan-syafrudin-prawiranegara-dan-mrassaat,
diakses 27 Februari 2013
Teguh, Syafruddin
Prawiranegara dan Mr Assaat Presiden dari Padang yang Terlupakan,
http://selokartojaya.blogspot.com/2009/09/sjafruddin-prawiranegara-dan-mr-assaat.html,
diakses September 2009, jam 11.16 WIB
Unikbaca.com, Mantan Presiden Indonesia yang Tak
Pernah Tercatat,
http://www.unikbaca.com/2013/01/mantan-presiden-indonesia-yang-tak.html,
diakses __ Januari 2013, jam 21.00 WIB
[1]Teguh,
Syafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat Presiden dari Padang yang Terlupakan,
http://selokartojaya.blogspot.com/2009/09/sjafruddin-prawiranegara-dan-mr-assaat.html,
diakses September 2009, jam 11.16 WIB
[2]Pecinta Sejarah, Dua Presiden Indonesia yang
Terlupakan Syafrudin Prawiranegara dan Mr. Assaat, http://www.kaskus.co.id/thread/512d5c9ee574b4231a00000c/dua-presiden-indonesia-yang-terlupakan-syafrudin-prawiranegara-dan-mrassaat,
diakses 27 Februari 2013
[3]________, Missing Link dalam Sejarah Bangsa Tidak
Boleh Terjadi, http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2013/okt/10/6871/missing-link-dalam-sejarah-bangsa-tidak-boleh-terjadi, diakses 9 oktober 2013
[6]_____, Biografi Mr Assaat,
http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=113&presiden_id=1&presiden=sukarno,
[8]Erwin Moechtar, Mr Assaat,
http://www.cimbuak.net/tokoh-minang/53-tokoh-minangkabau/204-tokoh-minang,
diakses 15 Juni 1986
[9]Unikbaca.com,
Mantan Presiden Indonesia yang Tak Pernah Tercatat,
http://www.unikbaca.com/2013/01/mantan-presiden-indonesia-yang-tak.html,
diakses __ Januari 2013
[10]_______.Missing Link dalam Sejarah Bangsa Tidak
Boleh Terjadi. http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2013/okt/10/6871/missing-link-dalam-sejarah-bangsa-tidak-boleh-terjadi, diakses 9 oktober 2013
[11]Erwin Moechtar, Mr Assaat,
http://www.cimbuak.net/tokoh-minang/53-tokoh-minangkabau/204-tokoh-minang,
diakses 15 Juni 1986
[13]Muhammad
Ilham, Mr. Assaat
dan Peci Beludru,
http://ilhamfadli.blogspot.com/2011/11/mr-assaat-dan-peci-beludru.html, diakses
Kamis, 17 November 2011
[14]_____,
Syafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat, dua Presiden Indonesia yang
Terlupakan, http://kabarpengamat.blogspot.com/2014/08/dua-presiden-indonesia-yang-terlupakan.html#.VIF5sNKUeAo,
diakses 9 Mei 2013 jam 8.08
[16] Meisy Meidina Billem,
Mr Assaat Mantan Presiden RI yang tak Dicatat Sejarah,
http://geotimes.co.id/seni-budaya/seni-budaya-news/profil-tokoh/9472-mr-assaat-,-salah-satu-mantan-presiden-ri-yang-tak-dicatat-sejarah.html,
Diakses 18
September 2014 jam
15:27 WIB





